Jumat, 28 September 2012

Ironi Kehidupan

Berfilosofis kembali
Sore hari Jumat, 28 September 2012 pulang kuliah menuju rumah tercinta. Menikmati padatnya jalanan gejayan yang dulu tidak sepadat beberapa tahun yang lalu. Terlihat pemandangan ironi sebuah kehidupan di perempatan condong catur. Disisi kiri ada bapak-bapak tua yang penuh peluh mengayuh odong-odong sumber rejekinya, disisi kanan ada laki-laki setengah baya yang naik Harley Davidson (HD) dengan gagahnya “membleyer-bleyer” motornya yang berharga puluhan atau ratusan juta rupiah. Namanya juga HD, pasti mesin besar dan juga berknalpot besar, membuat gaduh jalan raya klo lewat.
Sempat berpikir, gaya sekali orang yang naik HD ini, tidak melihat kanan kirinya yang tertib mengendarai motor dan mobil tanpa “bleyar-bleyer”. Kami juga tau bung motor anda itu mahal, tapi jangan sombong, diatas langit masih ada langit. Kekayaan mu itu hanya titipan Allah SWT, kapan saja bila Allah berkehendak bisa saja diambil. Allah berfirman dalam Q.S. Lukman (31) ayat 18 : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. Harusnya si pengendara HD tadi melihat di sisi kiri saya ada bapak-bapak yang mengayuh odong-odong sebagai sumber rejekinya. Jangan Cuma pake kacamata hitam naik HD, “bleyer-bleyer” merasa jalan milik “mbahnya”, memang anda membayar pajak lebih mahal, tapi hargailah pengendara yang lain.
Mungkin itu salah satu ironi kehidupan, sisi kiri dan sisi kanan ada perbedaan yang sangat mencolok. Disatu sisi ada orang yang kesulitan mengais rejeki untuk mencoba hidup layak, disisi lain ada orang yang bersenang-senang melihatkan hartanya yang berlimpah. Seharusnya kita bersyukur jika diberi kehidupan yang cukup oleh Allah SWT, bukan malah sombong dan berhura-hura dengan harta yang hanya titipan Allah SWT. Lihatlah kebelakang atau kebawah bahwa ada orang yang belum seberuntung kita, yang belum bisa mendapatkan hidup layak seperti halnya kita. Dengan melihat kebawah paling tidak bagi orang yang sadar, pasti akan terus bersyukur kepada Allah SWT atas rejeki yang telah diberikan.
Bersyukur itu penting agar kita tidak khufur nikmat, selalu ingat bahwa semua adalah titipan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ibrohim (14): 7: "Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih". Dengan bersyukur paling tidak kita mengurangi sifat hura-hura duniawi kita. Berpikir bahwa harta ini tidak hanya untuk berhura-hura tapi juga digunakan untuk beribadah di jalan Allah SWT dalam bentuk sedekah, shodaqoh maupun berinfaq. Bersenang-senang itu boleh asalkan masih dalam batas-batas norma tertentu, tidak sampai hura-hura sepenuhnya. Saya pun juga kadang bersenang-senang, hal ini manusiawi karena manusia juga butuh kesenangan. Namun selalu ingat bahwa ada orang-orang yang belum seberuntung kita agar jangan sampai “kebablasan”. Memang tidak ada manusia yang sempurna, namun banyak manusia yang berusaha untuk jadi lebih baik dari yang sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar