Sabtu, 28 Maret 2009

TRAGEDI KEMANUSIAAN SITU GINTUNG

Ditengah hiruk pikuk parpol menyiapkan kampanye, pada dinihari Jumat, 27 Maret 2009 di Cireundeu, Ciputat, Tangerang terjadilah suatu bencana besar yang merenggut banyak jiwa. Dimana tanggul Situ Gintung jebol akibat tidak kuat lagi menahan debit air yang terus bertambah akibat hujan deras. Tragedi ini setidaknya telah merenggut 81 jiwa, ratusan hilang dan luka, ribuan lainnya mengungsi. Dari segi tata ruangnya tanggul Situ Gintung yang dibangun sejak 1930 sudah tidak aman bagi warga karena dasar waduk yang kedalamannya mencapai 10 Meter masih berada di atas pemukiman warga, jadi jika tanggul jebol maka otomatis akan menyapu pemukiman yang berada dibawahnya.
Setelah terjadinya bencana tersebut banyak orang sedih dan berduka karena kehilangan anggota keluarganya. Tragedi yang terjadi dekat dengan pusat pemerintahan ini langsung mendapat perhatian dari petinggi negara yaitu presiden dan wakil presiden yang langsung datang meninjau lokasi bencana. Pada jumat siang itupun berbagai bantuan mengalir untuk warga Situ Gintung. Parpol-parpol pun juga tidak mau ketinggalan untuk berpartisipasi dalam penanggulangan bencana ini dengan ikut menyalurkan berbagai macam bantuan, menurut saya fenomena ini terjadi karena mungkin sudah dekat dengan pemilu atau dengan kata lain ada maksud tertentu dengan penyaluran bantuan tersebut.
Selanjutnya saya akan menyampaikan pendapat saya tentang bencana Situ Gintung. Bencana itu datang tidak dapat diduga-duga, dapat datang kapanpun dan dimanapun juga sesuai dengan kehendak Allah SWT. Bencana ini terjadi menjelang waktu sholat subuh, dimana banyak orang masih terlelap tidur. Jika saja orang mendengar “Assolatulqairumminnanauum “ dan terbangun untuk melaksanakan sholat subuh maka insyaallah, dia akan selamat dari terjangan air tanggul. Disana juga terlihat bagaimana kebesaran Allah SWT, dimana ada 1 masjid yang masih berdiri setelah diterjang air tanggul, walaupun disekitarnya bangunan lain runtuh rata dengan tanah. Allah SWT membuat bencana hanyalah sebuah media untuk memperingatkan manusia agar lebih bertaqwa kepadaNya.
Dari setiap musibah itu pasti ada hikmah yang diberikan kepada kita. Kita harus intropeksi diri, mungkin ada suatu hal yang salah kita lakukan ataupun ada suatu hal yang tidak kita laksanakan sesuai dengan apa yang diperintahkanNya. Untuk itu marilah kita berserah diri kepada Allah SWT agar kita diberi keselamatan dan petunjuk agar selamat dunia akhirat. Jika kita ditimpa musibah hendaklah kita menyucapkan “Inalilahi wa inalillahi rojiun” dan bangkit dari kesedihan dan keterpurukan yang ada. Anggaplah suatu musibah itu adalah suatu cobaan terhadap kita yang harus kita jalani dengan tabah. Allah SWT tidak mungkin selalu memberi kesusahan secara terus menerus kepada kita. Dimana ada kesusahan dibalik itu pasti ada kemudahan karena Allah itu Maha adil. Semoga para korban yang meninggal ditempatkan disisinNya dan bagi korban yang luka dan keluarga korban yang meninggal diberi ketabahan oleh Allah SWT, amien.....amien.....amien ya robbal alamin.

Sabtu, 21 Maret 2009

MENGAPA RAKYAT MEMILIH GOLPUT DALAM PEMILU ???

Pemilu 2009 merupakan pemilu yang panas menurut banyak orang, karena di pemilu ini adanya saingan yang ketat antara parpol maupun capres ataupun cawapres yang berpartisipasi untuk berkuasa. Sehingga dalam pemilu 2009 ini banyak parpol dan caleg yang berlomba-lomba untuk mendapatkan simpati dari konstituen. Untuk mendapatkan simpati itu banyak cara yang dilakukan oleh parpol maupun para caleg. Dalam minggu ini kampanye terbuka telah dilakukan oleh berbagai parpol. Kegiatan kampanye yang dilakukan parpol-parpol tersebut antara lain mengadakan rapat akbar dengan menghadirkan jurkam nasional dan artis-artis, mengadakan kegiatan sosial di panti asuhan, mengadakan pawai dijalan dll.
Tujuan utama parpol mengadakan kegiatan-kegiatan tersebut adalah agar pemilih, memilih parpolnya. Namun semua kegiatan yang diadakan tersebut menurut saya hanya memikat simpati pemilih sementara waktu saja dan tidak tetap atau tidak permanen hingga pemungutan suara dilakukan. Dengan kata lain seseorang itu dapat berubah-ubah pilihannya ataupun tidak menggunakan hak pilihnya. Mungkin dari sebagian orang, jika ditanya akan menggunakan hak pilihnya atau tidak dalam pemilu, orang itu menjawab tidak. Hal seperti sudah lumrah terjadi di negeri ini karena banyak orang yang sudah tidak percaya lagi kepada parpol-parpol yang ada saat ini. Mungkin dari sebagian orang itu berpikir bahwa parpol-parpol yang ada saat ini banyak yang hanya mengumbar hal-hal yang baik dan bagus dimata masyarakat.
Namun nanti pada kenyataannya jika partai tersebut telah menang pemilu maka hal-hal baik dan bagus yang diumbar saat kampanye tersebut akan sulit diwujudkan secara nyata. Disamping itu juga rakyat merasa tidak adanya perubahan yang signifikan terhadap keadaan sebelum-sebelumnya. Apalagi saat ini banyak sekali kontestan parpol yang mengikuti pemilu 2009 ini, sehingga banyak pula caleg yang ada untuk dipilih mulai dari caleg DPRD TK II, DPRD TK I, DPR Pusat dan DPD. Ditambah lagi banyaknya masyarakat yang tidak tahu atau mengenal caleg yang akan dipilih nanti. Hal seperti ini menurut saya yang membuat bingung masyarakat untuk menyalurkan hak pilihnya
Jadi mungkin hal-hal itu yang mendasari mengapa banyak orang yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu atau memilih golput. Seharusnya hal seperti ini yang harus dihilangkan dalam pandangan masyarakat. Satu suara itu penting bagi parpol maupun caleg yang sedang berkompetisi dilaga pemilu 2009 ini. Satu hal yang harus diingat oleh pemilih yang telah berhak memilih bahwa suara kita itu juga menentukan nasib bangsa kita kedepan. Sehingga janganlah kita sia-siakan suara kita dengan memilih golput atau memilih dengan sembarangan. Dengan menyalurkan hak pilih secara baik dan benar, kita turut menentukan nasib bangsa kita kedepan, apakah akan lebih baik atau lebih bobrok???

Sabtu, 14 Maret 2009

SEBUAH PERJALANAN HIDUP : DJAJUSMAN

Dipersembahkan untuk memperingati hari ulang tahun ayahanda
Drs. H. Djajusman MS, SH, MH
yang ke - 59
17 Maret 2009

Pada bagian ini saya akan menulis sekelumit perjalanan ayah saya dari lahir hingga saat ini. Saya menulis perjalanan hidup ayah saya bukan bermaksud untuk menyombongkan diri atau menyombongkan keluarga saya. Disini saya bermaksud untuk berbagi cerita kepada pembaca sekalian tentang hikmah suatu perjalanan hidup yang penuh lika-liku dan cobaan-cobaan hidup. Djajusman lahir di Bengkulu 17 Maret 1950, anak ke 3 dari 7 bersaudara dari pasangan Meratub sabirin dan Hj. Sayunah asal Dusun Palakbengkrung, Manna, Bengkulu. Saat ini saudara kandung Djajusman tinggal 5 bersaudara termasuk dia sendiri karena 2 saudaranya telah meninggal saat dilahirkan dan karena sakit. Dilahirkan ditengah-tengah keluarga sederhana, pria ini tidak patah semangat untuk menempuh pendidikan walaupun kekuatan ekonomi keluarga tak berlebihan.
Bermulai dari Sekolah Rakyat Palakbengkrung tahun 1962, setelah pulang sekolah biasanya Djajusman mendapatkan tugas dari ayahnya untuk menggembala hewan ternaknya atau menjaga sawah milik ayahnya. Lulus Pendidikan Guru Agama tahun 1969, kemudian ia melanjutkan studi sarjana mudanya di IAIN Sunan Kalijaga ( saat ini UIN Yogyakarta ) tahun 1979. Satu hal yang diingat Djajusman, kuliahnya berjalan tersendat-sendat karena terbatasnya dukungan dana. Semasa kuliah, ia sempat menjadi tenaga kerja sukarela Depnaker RI dan menjadi redaksi sebuah majalah yang berada di daerah Kauman, Yogyakarta.
Setelah selesai pendidikan sarjana muda Djajusman meninggalkan kota Yogyakarta untuk kembali ke Bengkulu. Ia menjadi PNS dengan golongan II/B di Pengadilan Agama Bengkulu, selama kurun waktu 3 tahun, ia bekerja sebagai panitera sambil berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Prof. DR. Hazairin, SH. Di Bengkulu. Tahun 1988 ia berhasil meraih gelar Sarjana Hukum. Pada tahun 2001 ia pernah mengikuti pendidikan S2 di UNY, namun berhenti karena kesulitan biaya, dimana saat itu 4 orang anaknya juga membutuhkan biaya untuk kuliah. Baru pada maret 2009 ini Djajusman menyelesaikan Magister Hukum nya di UIN Jakarta, dan sekarang sedang pengajuan program Doktor (S3) di Fakultas Hukum UGM. Setelah mendapat gelar Sarjana Hukum Djajusman diangkat PNS bergolongan III/A, sebelumnya ia diikutsertakan dalam ujian calon hakim dan lolos untuk diangkat menjadi hakim pada tahun 1984.
Tiga bulan menjabat hakim, Djajusman ditunjuk sebagai pejabat sementara ketua PA Manna, karena posisi tersebut lowong. Setelah sekitar 1,5 tahun menggantikan ketua PA Manna Drs. Dadang Dimyati, selanjutnya ia didefinitifkan memimpin PA Manna (1985-1989). Seiring waktu berjalan, ia kembali ke PA Bengkulu dan didefinitifkan sebagai ketuanya (1990-1994). Selain bergelut dibidang hukum yang telah ditekuni selama 34 tahun, ia juga menggeluti dunia pendidikan, ia pernah mengajar di beberapa sekolah dan perguruan tinggi antara lain Guru dan Kepala Sekolah SMP Usaha Pembangunan di Tayuban, Garongan, Kulon Progo. Pada saat itu Djajusman bolak-balik Kulon Progo-Yogyakarta menggunakan sepeda onthel. Ia pernah juga menjadi Guru sekaligus Kepala Sekolah SMA Guppi, Manna dan menjadi dosen tidak tetap dibeberapa perguruan tinggi termasuk dialmamaternya sendiri IAIN SUKA. Lantaran pengalamannya itu maka pada tahun 1990 Djajusman diminta untuk memimpin Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) milik Muhammadiyah, disamping menjadi ketua STKIP ia juga diminta untuk menjadikan perguruan tinggi ini sebagai universitas. Pada tahun 1991 berubahlah STKIP menjadi Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), karena dianggap berpengalaman memimpin STKIP ia didaulat menjadi Rektor pertama UMB. Djajusman menganggap keberhasilannya mendirikan UMB sebagai mahakarya pertamanya bagi masyarakat Bengkulu. Keberadaannya sebagai Ketua PA Bengkulu dan Rektor UMB membuat ia semakin sibuk dan akhirnya ditarik ke Jakarta untuk mengetuai PA Jakarta Selatan (1994).
Berada di PA Jaksel tidak menghentikannya untuk berkarya, karena sepenuhnya kegiatan Djajusman berpusat di kantor, ia ingin menempati kantor yang representatif. PA Jaksel yang tidak mempunyai mushala, menggugah hatinya untuk membangun sebuah mushala dan akhirnya jadilah sebuah mushala yang diberi nama Al. Hikmah yang diresmikan oleh Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama H. Zainal Abidin, SH (1996). Djajusman menganggap keberhasilannya membangun sebuah mushala di PA Jaksel adalah mahakaryanya yang kedua. Setelah 3 tahun menjabat Ketua PA Jaksel, ia diangkat menjadi Hakim Tinggi di PTA Yogyakarta. Pada tahun 2003 Djajusman ditarik ke Mahkamah Agung RI menjadi Hakim Tinggi Pengawas di Badan Pengawasan MA RI. Di Banwas MA, ia melanglang buana ke seluruh pelosok daerah ditanah air dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga ke Papua untuk melakukan tugas pemeriksaan di Pengadilan-pengadilan tingkat pertama maupun tingkat banding.
Djajusman pernah pula diangkat sebagai Ketua Tim Khusus Penertiban dan Pendisipinan oleh Ketua MA, Prof. DR. Bagir Manan, SH. MCL. Ada pengalaman menarik saat ia menjadi Hakim tinggi pengawas, ia bolak-balik Jakarta-Yogyakarta untuk mengunjungi istri dan anak-anaknya pasti naik kereta bisnis jarang-jarang naik kereta eksekutif untuk menghemat biaya katanya. Pada saat menjadi Hakim Tinggi Pengawas Pula ia hanya menyewa sebuah kamar berukuran 3*3 Meter sebagai tempat tinggalnya selama menjadi seorang Hakim Tinggi Pengawas, walaupun ia memiliki sebuah rumah di Jakarta Timur yang sedang disewakan kepada orang lain. Pada tahun 2006 Djajusman diajukan oleh MA untuk menjadi Calon Hakim Agung, namun gagal sampai fit and proper test di DPR RI. Setelah 3 tahun menjabat Hakim Tinggi Pengawas, pada tahun 2006 hingga saat ini ia diangkat menjadi Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan-Manajemen dan Kepemimpinan ( Kapusdiklat Menpim) pada Badan Penelitian dan Pengembangan-Pendidikan dan Pelatihan MA RI (Balitbang-Diklat Kumdil MA RI).
Menjabat sebagai Kapusdiklat membuat Djajusman sibuk kembali di bidang pendidikan dan pelatihan, ia mengajar dan membuka beberapa pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh Diklat- Menpim MA di beberapa kota. Pada saat menjabat Kapusdiklat ini pula Djajusman mendapatkan tugas studi banding ke beberapa negara antara lain Australia, Singapura, Filipina, Hongkong, China, Turki, Spanyol, Belanda, Prancis, Belgia, Luxemburg, menghadiri Konferensi Hakim Sedunia di Maroko dan pada 2009 ini direncanakan akan studi banding ke Amerika Serikat. Djajusman adalah seorang sosok yang hobi berorganisasi adapun beberapa organisasi yang pernah diikutinya adalah Sekretaris Umum HMI IAIN SUKA, Ketua KNPI Provinsi Bengkulu (1983-1985), Ketua I Muhammadiyah Wilayah Bengkulu (1990-1994), Ketua I MUI Provinsi Bengkulu, Wakil Ketua Lembaga Adat Bengkulu, Ketua II Persaudaraan Haji Indonesia Provinsi Bengkulu, Sekretaris I Pengurus Pusat Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI)-(2003-2007), Staf Redaksi Majalah Varia Peradilan (2003-2007).
Djajusman juga memiliki hobi membaca dan membuat sebuah perpustakaan mini yang ia beri nama Pustaka Intan Pribadi. Perkawinannya dengan Eny Budiastuti, BA pada 10 Juni 1974 dikaruniai 6 orang anak yaitu dr. Fiyosten Kusuma, Ir. Mohammad Edwar MP , Yuyun Fitriyah SE Akt , Muhammad Iqbal ST, Muhammad Zaki Mubarrak, Muhammad Irham Fuady. Dari 6 orang anaknya 4 orang telah bekerja dan menikah, dan 2 orang lagi sedang berkuliah, masing-masing Muhammad Zaki Mubarrak di Fakultas Hukum UII yang direncanakan lulus tahun 2009 ini dan Muhammad Irham Fuady di Fakultas Hukum UGM. Dari pernikahan anak-anaknya Djajusman dikaruniai 6 orang cucu.
Dilingkungan keluarga, pria ini menyimpan kebanggaan tersendiri kepada anak-anaknya. Pasalnya anak-anaknya mewarisi kegemaran yang sama dengan dirinya, dengan kegemaran itu mereka menjadi orang-orang yang berhasil setidaknya dimata Djajusman sendiri. Djajusman juga bangga kedua anaknya yang sedang berkuliah karena memiliki ketertarikan dan minat dibidang hukum sama seperti ia. Sang isteri yang pensiunan Panitera Pengganti di Pengadilan Agama Sleman, Yogyakarta tinggal bersama 2 orang anaknya yang masih berkuliah di Yogyakarta. Seminggu sekali Djajusman menyempatkan diri pulang ke Yogyakarta untuk bersenda gurau bersama anak-anaknya dan isterinya.

NIAT, USAHA DAN DOA UNTUK MENCAPAI SUATU TUJUAN

Dari setiap orang di seluruh indonesia maupun dunia ini pasti mempunyai keinginan untuk mewujudkan suatu tujuan. Berbagai macam cara dilakukan seseorang untuk mewujudkan suatu tujuan tersebut, mulai dari cara yang positif maupun negatif. Sebenarnya untuk mewujudkan suatu tujuan itu kita hanya membutuhkan tiga hal yang menurut saya sangat fundamental. Tiga hal tersebut yaitu niat, usaha dan doa. Mengapa saya mengatakan bahwa tiga hal tersebut penting dalam mewujudkan suatu tujuan ? hal itu karena tiga hal tersebut saling berkaitan erat dan adanya sinkronisasi dari ke tiga hal itu. Dari ketiga hal itu saya akan menjelaskan satu persatu, yang pertama adalah niat.
Niat disini adalah hal pertama kali yang harus dilakukan seseorang jika ingin mencapai suatu tujuan. Tanpa ada niat maka nanti pasti apa yang kita lakukan akan sia-sia karena tidak ada pendirian yang teguh untuk mencapai tujuan tersebut. Pada waktu SMP dulu, saya pernah mendapatkan sebuah nasehat dari guru saya, Ibu Sri Kanthi. Beliau berkata bahwa “ Jika kamu ingin melakukan sesuatu untuk mewujudkan suatu tujuan, maka awalilah dengan niat karena jika kamu telah mempunyai niat maka usaha kamu untuk mewujudkan suatu tujuan itu akan lebih maksimal”. Hingga kini perkataan guru saya tersebut masih saya ingat karena beliau adalah motivator belajar saya ketika saya akan mengikuti Ujian Nasional SMP. Misal saja kita akan melakukan sholat pasti sebelumnya kita diwajibkan niat terlebih dahulu, jika tidak maka sholat kita tidak sah.
Hal yang kedua adalah usaha, hal ini tidak kalah pentingnya dengan niat. Usaha disini ada yang berbentuk positif dan berbentuk negatif, namun jika bisa janganlah kita berusaha dengan jalan negatif karena hal itu tidak akan mendapatkan ridhlo Allah SWT. Dalam melakukan usaha janganlah kita melakukannya dengan setengah-setengah, usahakan kita melakukannya dengan semaksimal mungkin. Namun janganlah terlalu berharap kepada usaha yang kita lakukan, karena tidak sepenuhnya usaha yang kita lakukan itu sesuai dengan harapan kita. Jadi buatlah alternatif, jika usaha yang kita lakukan tersebut hasilnya kurang memuaskan atau tidak maksimal. Misalnya saya dari SMA bercita-cita untuk dapat menjadi taruna Akmil, namun usaha pertama saya gagal karena saya telat mendaftar. Selanjutnya usaha kedua saya gagal juga karena pada tahun tersebut Akmil tidak menerima jurusan IPS. Dari situlah saya berfikir bahwa jalan saya bukan melalui Akmil, jadi saya hentikanlah usaha saya untuk mendaftar Akmil.
Hal yang terakhir adalah doa, ini merupakan pelengkap dari ketiga hal tersebut, namun jangan ditinggalkan karena tanpa doa kita merasa kurang sesuatu hal. Saya yakin bahwa doa yang baik- baik kita yang baik itu pasti akan dikabulkan oleh Allah SWT. Untuk diwujudkannya doa kita itu tidak mungkin hanya dilakukan dengan berdoa saja, namun juga harus selalu beribadah, melaksanakan perintahnNya serta menjauhi laranganNya. Misalnya saya pada waktu akan menghadapi Ujian Nasional, saya selalu berdoa agar diberi kelulusan dan selalu berusaha beribadah. Dan Alhamdulilah Allah SWT mengabulkan doa saya, hal itu sangat saya syukuri. Jadi demikianlah ungkapan saya mengenai apa yang harus dilakukan seseorang untuk mewujudkan suatu tujuan. Semoga bermanfaat bagi teman-teman, saudara-saudari dan pembaca sekalian......amin ya robbal alamin.....