Sabtu, 18 Juli 2009

KEMENANGAN SBY DALAM PILPRES 2009

Pemilihan capres dan cawapres telah berlalu tanggal 8 Juli 2009 lalu, hasil quickcount lembaga-lembaga survei pun telah menunjukan bahwa pasangan SBY-Boediono memimpin perolehan suara sementara mengalahkan pasangan Mega-Pro dan JK-Win, walaupun belum ada pengumuman hasil resmi dari KPU. Kemenangan SBY ini tidak lepas dari kinerja SBY sendiri dan para tim sukses nya. Kinerja SBY dalam masa bakti 2004-2009 sangat menarik perhatian masyarakat dimana program-program yang diluncurkan untuk rakyat merasa sangat membantu seperti BLT, PNPM Mandiri, KUR, Larasita dll. Program seperti tersebut diatas yang membantu SBY dapat memenangkan pilpres 2009 ini, apalagi beberapa bulan sebelum pileg 2009 harga BBM diturunkan hingga 3 kali serta pencairan BLT yang dilakukan pemerintah yang juga mendekati pileg. Hal ini juga mendongkrak perolehan suara Partai Demokrat dalam pileg 2009 sehingga membuat PD memperoleh peringkat pertama. Kemenangan SBY juga mutlak karena memperoleh suara lebih dari 60 % yang didukung oleh 24 parpol peserta pemilu yang terdiri atas partai menengah dan partai gurem.
Tim sukses SBY disini juga mempunyai posisi yang kuat sehingga dapat melobi partai-partai menengah untuk menyokong SBY sebagai capres, partai itu seperti PKS, PAN, PKB dan PPP. Dalam masa kampanye banyak hal yang dilakukan oleh capres dan cawapres untuk lebih menarik perhatian rakyat yang utama adalah turun ke lapangan dan berbaur dengan masyarakat. Hal-hal seperti wajar dilakukan, namun akan kah para pemimpin kita yang terpilih nanti mau turun ke bawah lagi sama seperti saat ini berkampanye ???? . Dalam masa kampanye pasangan SBY paling banyak diserang oleh pihak-pihak tertentu untuk menjatuhkan “images” pasangan SBY-Boediono, disini keadaan ada seolah-olah SBY menjadi korban, namun apakah hal ini benar atau tidak saya juga belum terlalu mengerti. Serangan-serangan seperti itu kadang-kadang malah dapat menjadi boomerang bagi si penyerang, jika masyarakat memandang SBY selalu menjadi korban dan isu yang dihembuskan tersebut hanya isapan jempol belaka, sehingga lebih mendongkrak popularitas SBY. Ada beberapa beragama non-islam, namun istri Boediono membantah dan ia mengaku islam sejak kecil. Kedua adalahRuhut sitompul yang menghina Fuad Bawazier, saat diskusi antar tim sukses sebagai ras arab yang tidak mempunyai konstribusi apa-apa terhadap bangsa Indonesia, disini pernyataan Ruhut menimbulkan demo mengecam pernyataannya. Akhirnya dia ditegur SBY dan meminta maap.
Ketiga adalah pernyataan Andi Malarangeng ketika berkampanye di Sulsel yang menyatakan bahwa belum saat nya orang dari suku Bugis menjadi presiden di pilpres 2009. Disini pernyataan Andi Malarangeng menyigung perasaan suku Bugis yang notabene suku tersebut adalah suku di Sulawesi Selatan tempat tinggal capres JK. Andi Malarangeng enggan meminta maap karena merasa penyataannya tidak salah. Keempat adalah survey LSI yang menempatkan pasangan SBY-Boediono mendapatkan suara 70%, setelah ditelusuri ternyata sumber dananya adalah dari Fox Indonesia yang dipimpin oleh Joel Malarangeng saudara dari Andi Malarangeng. Survey LSI ini mendapatkan protes dari pasangan Capres lain karena menurut mereka survey ini merupakan penggiringan opini publik. Kelima adalah iklan 1 putaran yang dimunculkan oleh lembaga yang dipimpin oleh Denny JA, iklan ini diterbitkan dengan alasan mendukung pemilu yang lebih efisien, hemat dan cepat. Hal ini sangat berkaitan erat dengan survey LSI tadi dimana jika dikaitkan survey dan iklan ini seperti mempunyai suatu hubungan kausal yang satu dan yang satunya sehingga indikasi adanya penggiringan opini publik untuk mencontreng pasangan SBY-Boediono sangat besar.
Saat terjadi dialog interaktif dalam sebuah stasiun TV antara Denny J.A, anggota tim sukses JK-Win dan seorang anggota LSM, Denny J.A yang didesak oleh tim sukses JK-Win dan anggota LSM untuk mengaku dari mana dana untuk membiayai iklan tersebut, tidak berani mengaku dengan alasan melibatkan banyak pihak dan nanti pasti akan dibuka dari mana sumber dana tersebut. Namun hingga saat ini belum jelas. Keenam adalah cawapres Boediono yang diisukan sebagai cawapres ber aliran Neoliberalisme yang bertentangan dengan ekonomi kerakyatan yang disokong oleh rakyat Indonesia. Hal-hal tersebut diatas yang saya kira merupakan masalah yang dihadapi SBY dan PD dalam pilpres ini. Namun masalah-masalah tersebut dapat diatasi oleh SBY dan PD sehingga sebagai “incumbent” SBY dapat menduduki jabatannya kembali sebagai RI-1. Semoga dalam kepemimpinannya nanti SBY dapat menuntun bangsa dan rakyat ini menjadi lebih baik sesuai visi dan misinya saat kampanye.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar